Rencana pembentukan koalisi besar diyakini akan menemui hambatan, terutama soal siapa yang akan dicalonkan sebagai presiden dan wakil presiden (capres-cawapres).
Pernyataan ini disampaikan oleh banyak politisi lokal dan pengamat politik.
Menanggapi hal tersebut, Gerindra Habiburochman, wakil ketua partai, mengatakan, “Serumit apapun masalah di dalam koalisi besar, cepat atau lambat akan ditemukan solusinya.”
“Serumit apa pun, jika mulai mencari solusi, pada akhirnya akan berhasil,” kata Habiburukhman kepada wartawan di Gedung MPR Senayan, Jakarta, Kamis (4 Juni 2023).
Dia juga mengatakan terlalu dini untuk berspekulasi siapa yang akan memutuskan siapa yang akan memenangkan nominasi presiden atau wakil presiden dalam koalisi besar.
Pasalnya, pembentukannya saat ini masih sebatas diskusi dan evaluasi antara pimpinan partai politik KIB dan Liga Kebangkitan Indonesia (KKIR).
Jadi, kata Habibburghman, hal terpenting yang harus dilakukan saat ini adalah menyelaraskan visi, misi, dan aspirasi untuk maju bersama.
Rep. Harvey Burgman mengatakan, “Yang penting nanti ada keinginan untuk bersama (untuk calon presiden dan wakil presiden) dan (pemimpin partai) dulu.”
Beberapa politisi diketahui berasumsi bahwa pembentukan koalisi besar ini akan menghadapi beberapa komplikasi.
Pertanyaan yang paling penting adalah siapa calon presiden dan wakil presiden dari koalisi (kandidat-kawaber).
Pernyataan itu disampaikan oleh Jaziel Al-Fuwaid, Wakil Presiden Urusan Kemenangan Pemilu, PKB.
“Ini yang kami pikirkan, skala dan kriteria apa yang akan kami gunakan saat mengambil keputusan terkait capres dan cawapres nanti atau dalam koalisi besar,” ujar Jazeloul dalam keterangannya, Senin (4/3/2023). keputusan.” ).
Seperti yang dikatakan Jazeloul, di semua koalisi yang pernah terbentuk, termasuk Aliansi Perubahan untuk Persatuan, semuanya belum menemukan formula yang tepat untuk pencalonan pasangan presiden dan Kwabri.
Apalagi, kata dia, sejauh ini kedua partai, antara PKK dan Jirendra di wilayah Kurdistan Irak saja, belum memutuskan siapa yang akan dicalonkan sebagai presiden dan Kwaber.
Menurut Jazylol, KKIR memiliki dua partai politik, namun dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah yang lebih besar nantinya, apalagi jika terbentuk koalisi besar.
“Pengalaman saat ini kompleksitasnya justru bagaimana merumuskan bentuk koalisi, menentukan capres dan cawapres, dan menentukan portofolio yang akan dibentuk,” katanya.
Sarif al-Din Hassan atau Sirif Hassan, anggota Dewan Tertinggi Partai Demokrat, mengatakan hal yang sama.
Syarif berbicara kepada staf pers di Gedung Nusantara 2 Gedung Parlemen di Senayan, Jakarta. 2023).
Syarov menilai komplikasi terpenting yang dihadapi koalisi besar adalah kesulitan menentukan jumlah calon presiden dan wakil presiden yang akan diserahkan.
Pasalnya, kelima parpol tersebut di atas sebagian besar bersifat orang dalam yang mencari promosi.
Katanya, “Semua partai ingin kadernya berarti bagi dirinya. Betul. Soalnya partai tertentu mau menyerah atau mengorbankan kadernya menjadi bukan apa-apa ya.”
Membentuk koalisi besar tidak akan mudah, tetapi Syarif menghormati setiap retorika atau dinamika politik yang berkembang.
Ia sendiri enggan membocorkan lebih lanjut siapa calon presiden dan wakil presiden jika koalisi besar terbentuk.
Sharov berkata, “Ya, orang yang ingin menjadi calon presiden, orang yang ingin menjadi calon wakil presiden, ya, jadi banyak hal yang harus dipertimbangkan.